DURI DALAM DAGING I 26 April 2009

Saya tak pernah mendengar suaranya, dan saya juga tak pernah melihat matanya terbuka, hanya terdengar suara hembusan nafasnya, berat, panjang, dan tak beraturan. Wajahnya pucat, tubuhnya tergolek lemah di atas ranjang sebuah rumah sakit di daerah Malang.
Seorang ibu berlutut, berdoa, menangis, ketakutan, dan berusaha tegar, kuat, melihat kenyataan. Dia memegang tubuh yang tergolek lemah tersebut, dengan penuh harap, sambil sesekali mengusap air matanya.
Disamping kirinya seorang perempuan muda, turut berdoa, sambil terus mengganti kompres tiap satu menit sekali, entah telah berapa lama ia ada di situ dan melakukan hal yang sama tersebut tiap tiap menitnya.
Saat itu saya bersama bapak dan ibu gembala serta putranya ada disekelilingnya, turut berdoa, mencoba merasakan penderitaan dan kesedihan yang dialami keluarga tersebut.
Sayup-sayup terdengar suara tabgisan dan teriakan histeris di seberang kamar, tangisan kematian, seorang ayah, bapak, atau kepala keluarga telah mendahului mereka kesana.
Keringat dingin menetes di dahi saya, ruangan kamar ber-AC tersebut serasa panas dan gerah bagi saya. Aneh, saya berpikir, anak dari keluarga yang aktif di salah satu gereja di Malang, bahkan ibu dan ayahnya aktif pelayanan di dalam gereja tersebut, dapat terimpa bencana seberat ini, mereka yang seharusnya hidup dalam damai sejahtera, tapi inilah kenyataanya,…
Sudah beberapa bulan saya menjadi bagian dari tim doa kecil ini, mendoakan pemuda ini, pemuda seumuran saya sendiri, 25 tahun, yang memiliki segalanya, dalam hal materi, tapi tidak atau belum dia miliki, sebuah mujizat. Mujizat kesembuhan dari penyakit kanker kronis yang mengerogoti pundak dan tulang belakangnya. Semua dokter sudah angkat tangan, dan berkata bahwa berapapun uang yang dikeluarkan tidak akan dapat menyelamatkan anak muda ini.

Satu komentar di “DURI DALAM DAGING I 26 April 2009

Tinggalkan komentar